Penyakit ginjal kronis adalah suatu keadaan klinis akibat kerusakan struktur/ fungsi ginjal selama 3 bulan atau lebih, ditandai dengan rendahnya laju rata-rata penyaringan darah di glomerulus, yang dikenal dengan istilah Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) <60mL/menit/1,73 m2. Dikatakan tahap akhir bila LFG mencapai <15mL/menit/1,73 m2 dengan atau tanpa dialisis. Penyakit ginjal kronis merupakan masalah kesehatan yang cukup serius di dunia, karena jumlah penderita terus bertambah, perjalanan penyakit semakin memburuk, dan biaya pengobatan yang mahal. Penyakit ginjal kronis sendiri menempati peringkat ke-10 penyebab kematian di Indonesia.
Gejala Gangguan Saluran Cerna Apa Saja yang Timbul?
Penyakit ginjal kronis dapat menyebabkan berbagai gejala klinis, salah satunya adalah gangguan saluran cerna. Gejala yang dirasakan dapat berupa mual, muntah, perut kembung, nyeri perut, diare, konstipasi, hingga perdarahan. Gangguan saluran cerna pada penderita penyakit ginjal kronis mengganggu penyerapan nutrisi yang berakibat penderita mengalami malnutrisi dan memperburuk penyakit ginjal kronis itu sendiri.
Bagaimana Bisa Terjadi?
Penyakit ginjal kronis memiliki fungsi ginjal yang tidak adekuat, sehingga sisa-sisa metabolisme tubuh yang seharusnya dikeluarkan melalui air kencing menumpuk dalam tubuh. Salah satu metabolisme tubuh yang dikeluarkan adalah ureum. Kadar ureum yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan perdarahan dan inflamasi/ peradangan. Kadar ureum yang tinggi dalam darah mengganggu fungsi normal sel darah merah sehingga berakibat terjadi peningkatan resiko perdarahan pada saluran cerna.
Lapisan sel saluran cerna tersusun dari berbagai macam jenis protein. Pada penderita penyakit ginjal kronis, terjadi kekurangan protein pembentuk lapisan sel sehingga menyebabkan penurunan fungsi pertahanan dari saluran cerna. Hal ini menyebabkan terjadinya inflamasi pada saluran cerna dan apabila berlangsung terus- menerus dapat menyebabkan anemia, malnutrisi, dan penyakit jantung.
Semakin tinggi kadar ureum dalam darah semakin tinggi pula produksi asam lambung sehingga resiko terjadi inflamasi/ radang pada lapisan lambung. Selain itu, pada penderita ginjal kronis terjadi gangguan pergerakan lambung pada saluran cerna. Sehingga terjadi perlambatan pengosongan lambung lalu makanan bisa bergerak kembali ke kerongkongan. Hal ini bisa menyebabkan Gastro-esophageal reflux disease (GERD). Maka dari itu, penderita penyakit ginjal kronis sering mengalami berbagai macam keluhan pada saluran cerna.
Apa Solusinya?
Hal utama untuk mengurangi keluhan saluran cerna adalah dengan menjaga kadar ureum dalam tubuh. Terapi yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala pada saluran cerna adalah melakukan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis, peritoneal dialysis, atau transplantasi ginjal. Terapi pengganti ginjal jika dilakukan dengan teratur akan mengurangi kadar ureum dalam darah, sehingga mengurangi keluhan yang terjadi pada saluran cerna.
Cara tepat untuk mengontrol kadar ureum tubuh selain proses cuci darah/ hemodialisa adalah dengan menjaga asupan makanan sehari-hari. Pada penderita penyakit ginjal kronis yang belum menjalani proses cuci darah, diharapkan untuk mengkonsumsi makanan rendah protein. Hal ini disebabkan karena ureum merupakan produk sisa metabolisme dari protein. Semakin tinggi protein yang dikonsumsi, maka semakin tinggi kadar ureum dalam tubuh.
Kadar protein yang dianjurkan untuk penderita penyakit ginjal kronis yang belum menjalani proses dialisis adalah 0,6-0,8 gram/kgBB/hari. Namun berbeda hal dengan penderita yang telah menjalani proses dialisis, penderita disarankan mengkonsumsi protein 1,2 gram/kgBB. Hal ini dikarenakan saat proses dialisis, protein tersaring di tabung dialiser sehingga akan mengganggu pembentukan sel dalam tubuh.
Selain itu, obat-obatan seperti sukralfat dan proton pump inhibitors (PPI) dapat membantu mengurangi keluhan saluran cerna. Sukralfat bekerja dengan cara melapisi lapisan lambung sehingga apabila terdapat luka, dapat terlindungi dari asam lambung yang sifatnya mengiritasi sel. PPI berfungsi mengurangi produksi asam lambung bertujuan untuk mengurangi peradangan yang menyebabkan nyeri perut.
Daftar Pustaka
-
Sreelatha M et al. Upper gastrointestinal manifestations in chronic renal failure through upper gastrointestinal endoscopy. International Journal of Scientific Study. May 2017. Vol 5 : 2.
- https://emedicine.medscape.com/article/245296-overview
- C Basile et al. The choice of dialysate bicarbonate. Kidney International (2016) 89, 1008–1015; http://dx.doi.org/10.1016/ j.kint.2016.01.010
- Turshudzhyan A, Inyangetor D. Uremic and post-transplant gastropathy in patients with chronic kidney disease and end-stage renal disease. September 21, 2020. Cureus 12(9): e10578. DOI 10.7759/cureus.10578
- Astutia AT, Septriana A. Asupan energi, zat gizi makro, dan zat gizi mikro pada pasien hemodialisis di RSUD Panembahan Senopati Bantul . September 2018. Nutrisia Vol.20, No. 2 : 45.
- Asrining Tyas et al. Gambaran Kejadian Perdarahan Saluran Cerna pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2020; 9 (1)
- A Brent Alper et al. Uremia: practice essential. May 2020. https://emedicine.medscape.com/article/245296-overview.
- Bircher G, Woodrow G. Gastroenterology and Nutrition in Chronic Kidney Disease. In: Johnson RJ, Feehally F, Floege J. editors. Comprehensive Clinical Nephrology. 5 th edition. Elseiver Saunders;Philadelphia:p.1010-1014
Informasi Penulis:
dr. Ersalina Tresnawati Naryanto
PT. Masa Cipta Husada - RS Puri Husada
Jl. Palagan Tentara Pelajar no. 67 km 11, Rejodani, Sariharjo, Ngaglik, Sleman, D. I. Yogyakarta
This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.