Aspek yang Terlupakan Dalam Managemen Penyakit Ginjal Kronik

  oleh Karunia Valeriani Japar          


foto niaPenyakit kronik adalah penyakit yang berdurasi lama, tidak membaik secara spontan dan jarang sampai mencapai kesembuhan total. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dalam kedokteran, banyak pasien penderita penyakit kronik dapat hidup lebih lama , namun apakah pasien-pasien tersebut memiliki kualitas hidup yang baik? Mungkin pada saat ini sudah banyak pasien yang seharusnya tidak dapat bertahan hidup tetap bertahan hidup namun sesungguhnya mereka memiliki kondisi emosional yang perlu diberikan perhatian khusus karena apa yang mereka alami tidaklah mudah maupun ringan. Aspek psikologis inilah yang sering dilupakan oleh masyarakat bahkan oleh petugas kesehatan sendiri.
 
Salah satu hal yang paling sering ditemui pada pasien penderita penyakit kronik adalah mereka sering menderita suatu kondisi depresi.Para peneliti telah menyatakan bahwa apabila seseorang memiliki penyakit kronik, maka hal tersebut akan meningkatkan prevalensi daripada depresi atau depresi dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mendapatkan penyakit kronik, sehingga hal tersebut seperti lingkaran setan yang tidak akan berhenti.

Penyebab pasti daripada gangguan kesehatan mental mungkin masih belum diketahui secara sepenuhnya namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental. Berikut adalah beberapa faktor risiko menurut Center for Chronic Disease (CDC) yang mendukung terjadinya gangguan mental pada penyakit kronik : 






 
Kesehatan Mental Penyakit Kronis
Faktor Risiko
Faktor Risiko yang Dapat Dimodifikasi Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dimodifikasi
Sejarah Keluarga Kebiasaan makan yang buruk Umur
Kondisi hidup yang penuh dengan stress Kurangnya aktivitas fisik Sejarah keluarga
Mempunyai penyakit kronik Penggunaan tembakau
Pengalaman yang traumatik Penggunaan alkohol yang berlebihan
Penggunaan obat-obatan terlarang Faktor lingkungan
Kekerasan pada masa kanak-kanak Status sosioekonomi
Kurangnya dukungan sosial  
 


Walaupun seperti menyeramkan, sebenanya kesehatan mental dapat dijaga dan para petugas kesehatan maupun penderita dan keluarga dapat menggunakan berbagai macam strategi untuk membuat lingkungan kerjanya lebih mendukung untuk kesehatan fisik maupun mental secara keseluruhan sehingga seseorang dapat memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Contohnya perilaku yang dapat dimodifikasi (seperti penggunaan rokok, aktivitas fisik yang kurang, nutrisi yang buruk) yang dapat menyebabkan beberapa penyakit kronik dan gangguan kesehatan mental dapat menjadi fokus maupun target dalam menjalankan program menuju kualitas hidup yang lebih baik

Bagi para petugas kesehatan penting sekali untuk memperhatikan kesehatan mental para pasien. Menurut Indinan Journal of Nephrology, ada beberapa guideline yang dapat digunakan para petugas kesehatan untuk penanganan psikologis bagi pasien dengan penyakit ginjal kronik.

Yang pertama pasien harus diberikan pengertian yang baik mengenai prosedur medis yang akan dijalaninya. Informasi yang akan diberikan kepada pasien mengapa pasien harus sangat jelas dan mudah dimengerti karena prosedur medis dapat menyebabkan rasa takut, gelisah, bingung dan iritasi dan menyebabkan perasaan ataupun pikiran negatif. Dengan memberikan informasi kita membantu untuk mengurangi rasa bingung, gelisah dan pasien dapat menjadi lebih terlibat dalam prosedur dan pengobatan dari awal.

Kedua, menurut The Indian Society of Nephrology diagnosis penyakit ginjal kronik dapat menyebabkan beberapa reaksi emosional yang menimbulkan beberapa efek seperti berikut:

Screenshot 14
         
Yang ketiga, para petugas medis seharusnya memberikan edukasi kepada pasien mengenai penyakit dan pengobatannya, memfasilitasi pasien sesuai dengan adat dan budaya yang dianutnya, membangun social support terutama dari keluarga dan teman, memberi semangat pada pasien agar pasien mau berusaha untuk mengurus dirinya sendiri, dapat mengatur, memonitor dan menyemangati diri sendiri serta mendorong agar pasien mandiri dan tidak terlalu bergantung kepada orang lain.

Berikutnya adalah membantu pasien untuk menghadapi progresivitas daripada penyakitnya. Ketika penyakit dari pasien tersebut mengalami suatu progresivitas maka sebagai petugas ksehatan, kita harus membantu pasien untuk memberikan pilihan mengenai prosedur pengobatan, beradaptasi pada prosedur tersebut dan mengintegrasikan penyakit tersebut kedalam gaya hidup pasien tersebut.

 

 

Screenshot 15


           

Yang keenam adalah perlunya pemeriksaan kondisi psikologis pasien secara berkala terutama apabila pasien mengalami peningkatan frekuensi atau keparahan daripada keluhan, komplikasi baru daripada penyakit ginjal, tempat dialisis baru, baru memulai dialisis, perubahan modalitas maupun berpartisipasi dalam intervensi klinis maupun rehabilitasi (seperti konseling, peer support, edukasi, terapi fisik).Hal tersebut perlu dilakukan karena kesehatan mental yang buruk diasosiasikan dengan hasil outcome yang buruk pada penyakit ginjal kronik, penurunan fungsi ginjal dan komplikasi dari penurunan fungsi ginjal tersebut. Namun pemeriksaan kondisi psikologis tidak boleh dilakukan secara sembarangan, tapi harus menggunakan instrument survei yang sudah terstandarisasi sehingga hasilnya valid, dapat diandalkan, dapat diinterpretasikan dengan mudah dan mudah untuk dilakukan. Contohnya adalah WHOQOL-BREF, Dialysis Symptom Index (DSI), Beck Depression Inventory (BDI), Generalized Anxiety Disorder (GAD-7) dan Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) quality.

           
Yang ketujuh adalah mengorganisasikan program edukasi pasien dengan tujuan yang sesuai dengan penyakit ginjal kronik menurut The Indian Society of Nephrology yakni:



  •       Mengandung informasi mengenai perjalanan penyakit dan pengobatan serta diet.

 

  •       Edukasi mengenai berbagai pilihan pengobatan

 

  •       Membantu pasien untuk mengatasi masalah sehari-hari seperti obat dan nutrisi

 

  •       Membantu pasien untuk mengutamakan perasaan dan mengkomunikasikan masalahnya  secara efektif

 

  •       Membantu pasien untuk memiliki kepercayaan diri dalam dirinya

 

  •      Menjadi support informal untuk anggota keluarga dan pasien




Dengan adanya program seperti ini maka menurut penelitian, pasien akan mengalami komplikasi daripada penyakit yang lebih sedikit, mendorong terjadinya perubahan emosional dan tingkah laku kearah yang lebih baik, membantu pada penderita penyakit ginjal kronik lainnya agar tidak menghabiskan banyak waktu untuk masalah ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan serta meningkatkan kesadaran pribadi pasien atas tanggung jawab , kemandirian dan partisipasi mengenai penyakit yang dideritanya.


Sebagai kesimpulan, dalam menangani penyakit ginjal kronik dibutuhkan tim dari berbagai bidang untuk merawat pasien-pasien seperti ini. Dibutuhkan nefrologis, dokter penyakit dalam, dokter umum, suster, teknisi, pengatur gizi, pekerja sosial, psikologi ataupsikiater, keluarga dan teman. Siapapun dapat berfungsi sebagai edukator pasien sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi masing-masing orang pada bidang tersebut. Namun aspek psikologis tidak boleh dianggap remeh karena walaupun aspek tersebut bukanlah aspek utama namun apabila dijalankan dengan baik dan benar dapat menghasilkan hasil yang luar biasa berguna bagi pasien, keluarga dan petugas kesehatan.





REFERENSI:

 

 

 

 

  • Baum A, Taylor S.E, & Singer JE (Eds). Handbook of psychology and health. Vol 4 Social psychological aspects of health. 1984. Hillsdale NJ: Earlbaum

 

  • Brannon L, Feist J. Health Psychology. An introduction to behaviour and health. 4th edition. 2000. Wadsworth Australia.

 

  • Edwards, S, Davis, P.(1997) Counseling children with chronic medical conditions. Communication and Counseling in Health Care Series.130:56-79.

 

  • Grumke J, King K. Missouri Kidney Program. Patient Education Program – a 10 year review. Dialysis and Transplantation 1994;9:978-87

 

  • Hoeger WWK, Turner LW, Hafen BQ. Wellness guidelines for a healthy life-style.3rd Edition, 2002, Wadsworth, Australia.

 

  • K/DOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification, and Stratification. 2002;39(2), Suppl 1: 161-9.

 

  • Taylor S. Health Psychology. 1995 McGraw-Hill Inc. New York

Cara Menjaga Kesehatan Ginjal

Oleh Karunia Valeriani Japar

 

foto nia
Penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) merupakan sebuah terminology yang menggambarkan sebuah proses penurunan jumlah nefron secara drastis, ireversibel, dan terus menerus. Menurut National Kidney Foundation, 10% dari populasi dunia mengidap penyakit ginjal kronis dan telah menjadi penyebab kematian nomor 18 di dunia pada tahun 2010. Diestimasikan bahwa jumlah kasus gagal ginjal akan meningkat secara drastis di negara berkembang seperti Cina, India dan Indonesia dimana mayoritas penduduknya sudah berusia lanjut. Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) 2004 telah menunjukkan bahwa 12,5% dari penduduk Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal, berarti  lebih dari 25 juta penduduk Indonesia mengalami penyakit ginjal kronis.

Penyebab dari penyakit ginjal  kronik bermacam-macam seperti diabetes, hipertensi, riwayat batu ginjal maupun kelainan struktur ginjal. Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sekitar 44% dari kasus CKD datang dari diabetes, 29% dari hipertensi, 20% dari penyebab lainnya dan 7% tidak diketahui penyebabnya.
 
Pada tahap awal, penyakit ginjal kronik tidak memiliki gejala. Manifestasi yang timbul secara perlahan setelah adanya penurunan laju filtrasi glomerulus secara progresif biasanya tidak spesifik dan tidak signifikan sampai penyakit ini sudah memiliki laju filtrasi glomerulus <5-10 ml/min/1,73 m². Pada tahap ini, sudah terjadi akumulasi daripada produk hasil metabolic, atau racun uremia yang dapat menyebabkan sindrom uremia yang ditandai dengan adany lemas, anorexia, mual, muntah dan rasa metalik pada mulut. Pasien atau anggota keluarga biasanya akan melaporkan adanya iritabilitas, gangguan memori, insomnia, restless leg syndrome, paresthesia dan kedutan. Pruritus general tanpa adanya rash juga menjadi keluhan yang umum . Pericarditis, suatu komplikasi yang jarang terjadi pada penyakit ginjal kronik juga dapat penyebabkan sakit dada pleuritik . Keracunan obat dapat timbul seiring dengan menurunnya renal clearance. Menurunnya renal clearance juga dapat menyebabkan hypoglikemia karena pengeluaran insulin juga terganggu.







         Hemodialisis adalah suatu terminology yang digunakan untuk mendeskripsikan sebuah proses dimana solute didalam darah akan dipertemukan dengan solute lain melalui sebuah membrane semipermabel.

        Tujuan utama dari hemodialisis ini adalah untuk mengeluarkan zat nitrogen yang bersifat toksik dari dalam tubuh pasien ke dalam dialyzer dimana darah tersebut akan disaring, dan dikembalikan kedalam tubuh pasien. Kemampuan dialysis untuk menggantikan fungsi ginjal normal sangatlah terbatas karena tidak ada fungsi ginjal normal yang dapat diproduksi oleh dialysis dan mayoritas pasien membutuhkan terapi tambahan. Bagi pasien penyakit ginjal kronik, hemodialisis digunakan untuk mengurangi manifestasi klini yang diakibatkan oleh menurunnnya laju filtrasi glomerulus. Sehingga hemodialisis bukan pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ginjal kronik, tetapi hanya memperbaiki kualitas hidup pasien.
 
        Karena hemodialisis memiliki keterbatasan dalam terapi pasien ginjal kronik, maka sebenarnya terapi terbaik ialah transplantasi ginjal. Dengan menggantikan ginjal pasien penderita CKD dengan ginjal yang sehat maka fungsi daripada ginjal akan kembali normal dan tubuh pasien dapat menjaga keseimbangan dengan baik kembali. Namun transplantasi ginjal memiliki keterbatasan yakni kurangnya jumlah donor ginjal dan biaya transplantasi yang besar.

       Oleh karena pengobatan pasien penderita CKD dapat menghabiskan biaya yang besar, maka kita sebaiknya menjaga dan mencegah agar kita terhindar dari penyakit tersebut. Tidak perlu biaya dan usaha yang besar untuk melakukan pencegahan. Menurut Cleveland Clinic kita hanya perlu melaksanakan beberapa hal sederhana seperti:

       1) Minum cukup air

       Menurut National Kidney Foundation, minum cukup air berarti menkonsumsi jumlah air yang tepat untuk diri kita sendiri. Banyak orang yang sering mengatakan “minumlah 8 gelas air dalam 1 hari” , tapi setiap orang itu berbeda, dan kebutuhan air setiap orang berbeda-beda tergantung dari umur, iklim, intensitas dari aktivitas , serta kehamilan, menyusui, dan penyakit.

       Air dibutuhkan oleh tubuh untuk mengeluarkan hasil metabolism dari darah melalui urine. Air juga dapat menjaga pembuluh darah tetap terbuka sehingga darah dapat mengalir dengan lancar ke ginjal sehingga nutrisi untuk ginjal dapat tersalurkan dengan baik. Apabila kita dehidrasi, maka sulit untuk menyalurkan nutrisi tersebut dengan baik.

       Ada 5 tips untuk memastikan kita menkomsumsi cukup air:

  • 8 memang baik tapi bukan suatu angka yang mutlak. Menurut Institute of medicine , pria membutuhkan sekitar 3 liter air per hari dan wanita membutuhkan sekitar 2,2 liter air per hari
  • Less is more jika anda penderita penyakit ginjal kronik. Ketika ginjal kita tidak dapat mengeluarkan air seperti pada penyakit ginjal kronik. Jumlah air yang dikonsumsi harus dikurangi untuk mencegah penumpukan air dalam tubuh
  • Hati- hati menkomsumsi air terlalu banyak. Konsumsi air terlalu banyak dapat menyebabkan suatu kondisi yang berbahaya yaitu hyponatremia, suatu kondisi dimana kadar sodium dalam tubuh terlalu larut dalam jumlah air yang besar.
  • Volume buang air kecil dapat menceritakan apakah jumlah air yang kita konsumsi sudah cukup. Warna urine yang normal adalah kuning muda transparan. Apabila warna urine anda kuning gelap, ini adalah tanda bahwa anda dehidrasi (kurang air). Dapat diasumsikan jumlah air kemih yang normal adalah 1,5-2 liter ditambah dengan keringat 400cc sehingga totalnya menjadi 1,9-2,4 liter. Urine dapat diukur dalam 24 jam, praktisnya adalah pukul jam 4 pagi bangun untuk buang air kemih , lalu mulai dari jam 4 pagi hari tersebut sampai jam 4 pagi keesokan harinya (dikumpulkan selama 24 jam).
  • Air dapat mencegah infeksi saluran kemih dan batu. Batu ginjal sulit dibentuk apabila kita menkonsumsi air yang cukup karena air dapat mencegah Kristal-kristal untuk saling menempel dan membentuk suatu batu. Selain itu air dapat membantu obat antibiotic larut dalam pengobatan infeksi saluran kemih, sehingga pengobatan lebih efektif. Dengan menkomsumsi air yang cukup, maka urine yang dihasilkan lebih banyak sehingga dapat membuang bakteri penyebab infeksi
         2)  Rajin mengontrol gula darah

        Diabetes adalah salah satu contributor terbesar dalam penyakit ginjal kronik. Menurut American Diabetes Association, diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin , atau kedua-duanya. Adapun klasifikasi diabetes dibagi menjadi 3:

  • Tipe 1
        Disebabkan oleh destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut akibat autoimun maupun idiopatik (tidak diketahui penyebabnya). Biasanya terjadi di usia yang lebih muda.

  • Tipe 2
       Biasanya disebabkan oleh resistensi insulin yang disertai defisiensi insulin relative sampai yang dominan defek sekresi insulin disertai resistensi insulin.Tipe ini lebih banyak terjadi di usia yang lebih dewasa, namun tidak menutup kemungkinan bahwa tipe ini muncul di usia muda.

  • Tipe lain
      Dapat disebabkan oleh defek genetic fungsi sel beta, defek genetic kerja insulin, penyakit eksokrin pancreas, endokrinopati, infeksi, penyakit imunologi yang jarang, sindrom genetic lain yang berkaitan dengan DM, atau disebabkan oleh pengaruh zat kimia maupun obat.

  • Diabetes mellitus gestasional
     Merupakan keadaan intoleransi karbohidrat dimana pertama kali ditemukan pada kehamilan. Faktor resikonya meliputi obeositas, adanya riwayat    diabetes mellitus gestasional sebelumnya, glukosuria (ada gula di air kemih), adanya riwayat keluarga dengan diabetes, abortus (keguguran) berulang, riwayat melahirkan dengan cacat bawaan atau bayi dengan berat lebih dari 4kg dan adanya riwayat preeklampsia.


Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini:

        -  Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

        -  Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita

Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara:

  • Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM
  • Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dL dengan adanya keluhan klasik.
  • Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesi dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus.
Apabila hasil pe- meriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, bergantung pada hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT):

  • TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO didapatkan glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 – 199 mg/dL (7,8-11,0 mmol/L).
  • GDPT:Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 – 125 mg/dL (5,6 – 6,9 mmol/L) dan pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam < 140 mg/dL.





Pemeriksaan konfirmasi dan pemeriksaan untuk ibu hamil tanpa faktor risiko dilakukan pada usia kehamilan 24-28 minggu, dengan cara sebagai berikut:

    • Minta ibu untuk makan makanan yang cukup karbohidrat selama 3 hari, kemudian berpuasa selama 8-12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan.
    • Periksa kadar glukosa darah puasa dari darah vena di pagi hari, kemudian diikuti pemberian beban glukosa 75 gram dalam 200 ml air, dan pemeriksaan kadar glukosa darah 1 jam lalu 2 jam kemudian.
    • Diagnosis diabetes melitus gestasional ditegakkan apabila ditemukan

                                     - Kadar gula darah puasa > 92 mg/dl, ATAU

                                     - Kadar gula darah setelah 1 jam > 180 mg/dl, ATAU

                                     - Kadar gula darah setelah 2 jam > 153 mg/dl


Dengan rajin mengontrol gula darah (rajin cek gula darah , mengurangi konsumsi gula yang berlebih), kita dalam mencegah terjadinya kerusakan ginjal yang akan menyebabkan penyakit ginjal kronik karena gula dapat menyebabkan oksidasi stress bagi tubuh yang akhirnya akan merusak ginjal pada akhirnya.

         3) Rajin mengontrol tekanan darah

        Penyakit hipertensi juga merupakan salah satu contributor terbesar dalam penyakit ginjal kronik. Tingginya tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dapat merusak struktur ginjal sehingga akan menyebabkan penyakit ginjal kronik pada akhirnya. Jenis hipertensi ada 2 yaitu primary atau essential dan juga secondaryEssential hypertension adalah hipertensi yang tidak diketahui pasti penyebabnya. Sedangkan secondary hypertension adalah hipertensi yang ada penyebabnya, bisa medikasi dan juga berbagai macam konisi seperti masalah ginjal, obstructive sleep apnea, tumor kelenjar adrenal, masalah kelenjar tiroid, kelainan pembuluh darah, pil KB, obat penghilang rasa nyeri, obat-obat illegal (amfetamin, kokain), penggunaan alcohol.
          Menurut American Heart Association 2017 , tekanan darah yang normal untuk orang dewasa adalah teknanan sistolik dibawah 120 mmHg DAN diastolic dibawah 80 mmHg. Peningkatan tekanan darah (elevated) apabila tekanan sistolik 120-129 mmHg DAN tekanan diastolic dibawah 80mmHg. Stage 1 hypertension apabila tekanan sistolik 130-139 mmHg ATAU tekanan diastolic 80-89mmHg. Stage 2 hypertension apabila tekanan sistolik ³140mmHg ATAU tekanan diastolic ³90mmHg. Apabila tekanan darah pasien jatuh di 2 kategori, maka pasien dimasukkan ke kategori dengan tekanan darah yang lebih tinggi. Tekanan darah sebaiknya diukur dalam 2x pengambilan dan dalam 2 kesempatan yang berbeda



      Dengan rajin melakukan check up tekanan darah, kita dapat mendeteksi secara dini penyakit hipertensi dan melakukan tatalaksana secara dini sehingga penyakit ginjal kronik dapat dicegah.

        4) Makan makanan yang sehat

      Menurut riset, terdapat hubungan erat antara makanan sehat atau super food dengan penyakit kronik (seperti penyakit ginjal kronik). Karena makanan sehat dapat mencegah oksidasi asam lemak yang tidak diinginkan. Oksidasi sebenarnya adalah proses normal dalam tubuh tetapi apabila jumlahnya berlebihan maka akan menghasilkan suatu radikal bebas yang dapat merusak protein, sel membrane dan gen.
      Makanan sehat yang mengandung antioksidan dapat membantu netralisasi radikal bebas dan melindungi tubuh. Oleh karena itu , segera konsultasi ke dokter terdekat anda mengenai makanan apa saja yang baik untuk dikonsumsi untuk mencegah terjadinya oksidasi stress yang berlebihan.
       
       5) Olahraga teratur
 
      Dengan melakukan olahraga teratur maka kita dapat meningkatkan fungsi dan kekuatan otot, kontrol tekanan darah yang lebih baik, menurunkan kadar lemak dalam darah (kolestrol dan trigliserida) , kualitas tidur yang lebih baik serta pengaturan berat badan yang lebih baik.

       6) Hati-hati dalam menggunakan supplemen dan obat herbal

     Maraknya penggunaan NSAIDs (nonsteroidal inflammatory drug) dalam supplemen dan obat herbal dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal. NSAIDs bekerja dengan mengecilkan pembuluh darah yang menuju filtrasi ginjal. Sehingga hal tersebut memicu kerusakan pada ginjal. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam menggunakan supplemen dan obat herbal

      7) Berhenti merokok

      Rokok merupakan salah satu factor resiko penyakit ginjal kronik. Sama seperti gula, rokok dapat menyebabkan oksidasi stress bagi tubuh dan akan merusak ginjal. Oleh karena itu berhenti merokok dan hindari rokok sejak dini .

      8) Rajin memeriksa fungsi ginjal

      Fungsi ginjal yang dimaksudkan disini adalah pengecekan ureum dan creatinine melalui pemeriksaan darah rutin. Dengan rajin melakukan cek fungsi ginjal maka kita dapat medeteksi dini penyakit ginjal kronik dan dapat memantau fungsi ginjal kita dengan baik. 

Layanan Hemodialisis untuk Pasien Tuberkulosis

Oleh: dr. Rhama Patria Bharata - Tim Medis PT Masa Cipta Husada

Risiko Infeksi TBC

ramatestdepan

Setelah penyakit kardiovaskular, penyebab kematian kedua untuk pasien hemodialisis adalah terinfeksi. Pasien hemodialisis mudah terinfeksi berbagai jenis infeksi termasuk infeksi yang ditularkan melalui darah (HBV, HCV HIV), dan infeksi melalui udara (TBC)

Tuberkulosis (TB) sendiri adalah penyakit menular yang banyak ditemui di Indonesia. Berdasarkan survei prevalensi tuberkulosis pada 2013-2014, dipastikan bahwa prevalensi TUBERKULOSIS bakteriologis di Indonesia adalah 759 per 100.000 orang berusia di atas 15 tahun.

Pasien dengan gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis memiliki risiko terinfeksi 10-25 kali lebih tinggi daripada pasien lain. Risiko-risiko tersebut dapat disebabkan oleh:

  1. Kelainan imun pasien.
  2. Aliran darah selama pengobatan HD yang terpapar melalui akses vaskular dan jalur korporeal ekstra.
  3. Ruang yang tidak cukup antara pasien di ruang Hemodialisis.
  4. Interaksi dengan staf kesehatan yang sering berganti antara pasien dan mesin.
  5. Frekuensi tinggi dirawat di rumah sakit dan menjalani operasi
  6. Kesadaran sangat kecil untuk mengambil tindakan serius untuk mencegah infeksi

Masalah penerapan standar pencegahan infeksi bisa karena:

  1. Rasio buruk perawat dan pasien.
  2. Kompetensi staf Hemodialisis yang tidak memadai
  3. Pendidikan pengetahuan untuk pasien dan keluarga mereka yang tidak memadai.
  4. Terbatasnya jumlah peralatan untuk mencegah infeksi.
  5. Ruang Hemodialisis yang kecil dan tidak adanya sistem isolasi yang diperlukan.
  6. Standar pencegahan yang kurang tepat dalam kasus komplikasi dialisis, seperti yang mengancam jiwa.

 

KEBIJAKAN ISOLASI UNTUK LAYANAN HEMODIALISIS

Berdasarkan CDC, ruang isolasi hanya digunakan untuk pasien dengan HBsAg positif. Virus Hepatitis B dapat bertahan hidup di permukaan benda selama sekitar 7 hari dan infeksi dapat terjadi melalui kontak langsung atau tidak langsung. Permukaan objek dapat terkontaminasi serius oleh virus hepatitis B, meskipun tidak ada bukti cairan, darah atau lainnya. Oleh karena itu, wajib untuk melakukan desinfeksi dan isolasi untuk menghindari kontaminasi. [6] [7]

Meskipun CDC dan K-DIGO tidak merekomendasikan penggunaan mesin secara eksklusif, isolasi pasien dan kebijakan penggunaan ulang untuk pasien Hemodialisis dengan hepatitis C, tetapi pasien harus sepenuhnya menyadari tindakan pencegahan universal dan peralatan dialisis yang disterilkan. Untuk pasien HIV, penularan HIV jarang terjadi di layanan dialisis dan ini dapat dicegah dengan mengambil prosedur pencegahan infeksi standar. Saran CDC bahwa pasien tidak menggunakan kembali dialyzer pasien HIV, tetapi isolasi mesin dan pasien tidak diperlukan. [6] [7]

Kebijakan pada pasien dengan penyakit yang ditularkan melalui udara tidak banyak dibahas dalam K-DIGO. CDC menyatakan bahwa Tuberkulosis Paru sangat menular dan dapat menyebar melalui udara. Kewaspadaan terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara juga harus dilakukan untuk pasien TB paru di unit dialisis. Pasien dirawat di Ruang Isolasi Infeksi Udara (AIIR). Udara dari ruang isolasi tidak disirkulasi lagi, atau jika resirkulasi udara diperlukan, itu harus dilakukan melalui filter Udara Efisiensi Tinggi Partikulat (HEPA).[4]

Periode isolasi minimum untuk pasien TB paru (termasuk mediastinum, laryngeal, pleural dan Miler) adalah sampai ada bukti bakteriologi negatif pada 3 waktu dahak yang berbeda, atau 14 hari setelah dimulainya pengobatan yang efektif, dan diikuti oleh perkembangan dari kondisi klinis mereka (lebih sedikit batuk, lebih sedikit demam, infiltrat paru lebih sedikit, dan lebih sedikit jumlah bakteri tahan asam dalam dahak. [4] Isolasi dengan ventilasi khusus untuk pasien Tuberkulosis tidak diperlukan jika pasien memenuhi kriteria berikut ini [5]

  1. Penderita TBC aktif yang sudah mendapatkan pengobatan anti tuberkulosis minimal 14 hari secara efektif, dengan kondisi klinis yang baik dan atau
  2. Hasil negatif dari SPS dahak bakteri
  3. Untuk pasien yang ditandai dengan MDR-Tuberkulosis, hasil negatif dari bakteri dahak diambil dalam tiga minggu berturut-turut.

Staf Layanan Dialisis harus menggunakan tindakan pencegahan universal (masker dan sarung tangan). Pasien juga harus memakai masker terutama yang menderita batuk serius. Staf kesehatan harus memberikan pendidikan kebersihan pribadi kepada pasien dan keluarga mereka. [5]

 

SCREENING TUBERKULOSIS

Pemeriksaan untuk pasien Hemodialisis sangat direkomendasikan oleh APIC, CDC, KDOQI dan ERBP. Tes skrining wajib untuk pasien dengan faktor-faktor risiko berikut [7]:

  1. Tinggal di daerah endemik TBC.
  2. Terkena beberapa faktor risiko sosial dan lingkungan seperti pekerja sosial untuk perawatan kesehatan, penahanan, tunawisma, alkohol dan penyalahgunaan narkoba.

Tes untuk Diagnosis TBC adalah [7]:

  1. Foto Thoracic
  2. Tes Kulit Tuberkulin (TST)
  3. Uji Rilis Gamma Interferon (IGRA)
  4. Tes pewarnaan Bacilli Cepat Asam pada dahak
  5. Tes Cairan Dahak
  6. Tes NAT

 

RINGKASAN

  1. Dalam dialisis, Isolasi harus diberikan kepada pasien dengan HBsAg positif
  2. Perawatan hemodialisis untuk pasien TBC Aktif harus dilakukan secara terpisah. Perlakuan khusus harus dilakukan di Ruang Isolasi Airborne Infection.
  3. Perawatan hemodialisis untuk tuberkulosis tidak aktif dapat dilakukan bersama dengan pasien lain tetapi tindakan pencegahan universal seperti memakai masker dan kebersihan pribadi harus dilakukan.
  4. Pasien dengan faktor risiko TB harus mengambil skrining foto Thoracic dan Tuberculin Skin Test (TST).

 

REFERENSI

  1. CDC. 2003. Tuberculosis Transmission in a Renal Dialysis Center https://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm5337a4.htm
  2. Information Resources of Kemenkes RI. 2018. Infodatin Tuberkulosis 2018. https://pusdatin.kemkes.go.id/article/view/18101500001/infodatin-tuberkulosis-2018.html
  3. Cohn D.L., O’Brien R.J., Geiter L.J., Gordin F.M., Hershfield E., Horsburgh C.R., Jereb J.A., Jordan T.J., Kaplan J.E., Nolan C.M., Starke J.R., Taylor Z., Villarino M.E., 2000. Targeted Tuberculin Testing and Treatment of Latent Tuberculosis Infection. American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine 2000;161:S221--S247.
  4. CDC. 2012. Menu of Suggested Provisions For State Tuberculosis Prevention and Control Laws. https://www.cdc.gov/tb/programs/laws/menu/isolation.htm
  5. Wong T. Y., Chen H., Philip L.I., Mak S.K., Fung S., Yung R., Tong K.L., Tsang D., Lai R., Leung Y.H., Lee S., Law M.C., Tang S., Kwan T.H., Yuen M.F., Lam E., Ng A., Tsang C. 2018. Infection Control Guidelines on Nephrology Services in Hong Kong. 2018. Infection Control Branch, Centre for Health Protection, Department of Health, Hong Kong.
  6. Fenves A.Z., Medical Management of the Dialysis Patient: Infectious Complications. https://www.renalandurologynews.com/home/decision-support-in-medicine/nephrology-hypertension/medical-management-of-the-dialysis-patient-infectious-complications/
  7. Center for Medicaid and State Operations Survey and Certification Group. 2009. ESRD Conditions for Coverage Frequently Asked Questions. https://www.cms.gov/Medicare/Provider-Enrollment-and-Certification/SurveyCertificationGenInfo/downloads/SCLetter09_56.pdf

Berita Terbaru

PT Masa Lestari Husada

  • Produk yang baik dan bervariasi +

    Selain menawarkan kerja sama dan investasi, PT Masa Lestari Husada juga menjual berbagai barang keperluan medis yang sudah terdaftar Dirjen POM.
  • Konsultasi untuk bisnis dialisis +

    PT Masa Lestari Husada membuka kesempatan untuk berbagi pengalaman pada anda yang tertarik dengan bisnis hemodialisis.
  • Studi Kelayakan +

    Tim kami juga siap mengunjungi lokasi anda untuk meninjau langsung kondisi lapangan.
  • Pelatihan Perawat dan Teknisi +

    Staff perawat dan teknisi yang ditempatkan di unit hemodialisis kami telah mendapatkan pelatihan dan sertifikasi sesuai bidangnya masing-masing
  • 1

In Partner With

Kontak

home-64

Apartemen Gading Mediterania Residence Unit RK-26C

Kelapa Gading, Jakarta Utara, 14240

phone-46-64 (021) 30041050 ( Hunting )

phone-14-64 (021) 30041051 ( Fax )

phone-30-64 08788-487-7502 ( Whatsapp saja)

mail-64

 customercare@dialysiscare.co.id 

mail-64

 karir@dialysiscare.co.id ( Lowongan Pekerjaan )