Tips Kelola Stres dengan Baik pada Pasien Hemodialisis
Penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) stadium akhir mengalami gangguan pada fungsi ginjal yang membutuhkan terapi pengganti ginjal, diantaranya hemodialisis (HD) yang dikenal dengan istilah cuci darah, peritoneal dialysis, atau transplantasi ginjal. Saat ini yang menjadi pilihan utama terapi pengganti ginjal di Indonesia ialah HD. Terapi HD membutuhkan waktu setidaknya 3 jam atau lebih pada setiap sesi. Umumnya dilakukan 2 hingga 3 kali setiap minggu. Menjalani HD jangka panjang, bahkan seumur hidup, dapat membuat pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sosial yang dapat menimbulkan konflik, frustasi, serta rasa bersalah baik pada diri sendiri maupun terhadap keluarga. Keterbatasan ini menyebabkan pasien HD rentan terhadap stres.
Hemodialisis di Masa Pandemi Covid-19
Seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun dapat dengan mudah terserang virus seperti Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Salah satu risiko tersebut terdapat pada pasien Hemodialisis (HD). Pasien HD umumnya mengalami kondisi penurunan hemoglobin, dimana hal ini dapat mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menurun. Akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh, maka seseorang dapat dengan mudah terserang virus. HD sendiri merupakan terapi pengganti ginjal oleh penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) stadium akhir. Oleh karena itu, pasien yang melakukan HD menjadi lebih berisiko untuk terinfeksi Covid-19 karena menurunnya sistem kekebalan tubuh, seringnya kehadiran fisik berulang di pusat pelayanan dialisis, dan kedekatan fisik antar pasien, pengantar pasien, juga dengan petugas kesehatan selama proses HD.
Perlunya Dukungan Keluarga bagi Penderita Hemodialisis
Seorang penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) tahap akhir membutuhkan terapi pengganti ginjal untuk bertahan hidup. Salah satu terapi pengganti ginjal ialah HD, yang bertujuan menghasilkan fungsi ginjal sehingga dapat memperpanjang kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup pada penderita. Di Indonesia, HD dilakukan 2-3 kali seminggu dengan setiap sesinya dilakukan selama 4-5 jam. Untuk menjalani HD, penderita diharapkan disiplin dalam mematuhi jadwal dan diet yang tepat supaya kualitas hidup terjaga dengan baik. Kebanyakan penderita menganggap bahwa HD dapat mengembalikan fungsi ginjal mereka untuk kembali normal, dan hal tersebut kurang tepat.
Keluhan Kulit pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik
PGK adalah penurunan fungsi ginjal ireversibel yang berkembang secara klasik selama bertahun-tahun dan didefinisikan sebagai kerusakan ginjal atau laju filtrasi glomerulus <60 ml/menit/1,73 m2 selama 3 bulan atau lebih tanpa memandang penyebabnya. Pada PGK sering ditemukan masalah pada kulit beberapa diantaranya sangat mengganggu bahkan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Kulit sendiri merupakan cerminan dari gangguan ginjal,sehingga pemeriksaan kulit yang cermat dapat memberikan petunjuk penting untuk diagnosis penyebab gagal ginjal dan membantu dalam pemantauan komplikasi.
Akses Vaskular untuk Hemodialisis
Tindakan cuci darah/ hemodialisis merupakan perawatan jangka panjang dan memerlukan berbagai persiapan. Salah satu persiapan sebelum menjalani hemodialisis adalah pemasangan akses vaskular, yaitu tempat menusukkan jarum pada pembuluh darah untuk mengeluarkan dan memasukkan darah dari dan ke dalam tubuh pasien.
Akses vaskular merupakan point yang sangat penting bagi pasien hemodialisis. Tanpa akses vaskular yang memadai, tindakan hemodialisis tidak dapat dikerjakan secara optimal untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Anemia Pada Penyakit Ginjal Kronik
Menurut WHO, anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin (Hb) yang rendah dalam darah. Anemia merupakan salah satu komplikasi yang hampir selalu terjadi pada penyakit gagal ginjal kronik (PGK). Di Amerika, menurut data USRDS 2010 angka kejadian anemia pada penyakit ginjal kronik stadium 1-4 adalah sebesar 51,8% dan kadar hemoglobin rata-rata pada penyakit ginjal kronik tahap akhir 9,9 g/dl. Di RS dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada tahun 2010 anemia ditemukan pada 100% pasien baru saat pertama kali menjalani hemodialisis dengan Hb rata-rata 7,7 g/dl.
Vaksin SARS-CoV-2 (COVID-19) Pada Pasien yang Menjalani Dialisis
Seperti yang kita ketahui, pasien dengan penyakit ginjal kronik yang melakukan dialisis secara rutin merupakan kelompok masyarakat yang rentan terkena penyakit dan memiliki risiko kematian empat kali lebih besar apabila mereka terinfeksi virus COVID-19 karena mengalami kondisi immunocompromised. Selain itu, kegiatan dialisis adalah sebuah pengobatan esensial yang harus dilakukan 2x per minggu untuk mayoritas pasien. Karena pelayanan ini bersifat non-elektif dan tidak bisa ditunda, klinik dialisis akan melayani pasien terlepas adanya COVID-19 atau tidak. Oleh karena itu vaksin COVID-19 sangatlah diperlukan.
Mengapa Sering Nyeri Perut Pada Pasien Gagal Ginjal?
Penyakit ginjal kronis adalah suatu keadaan klinis akibat kerusakan struktur/ fungsi ginjal selama 3 bulan atau lebih, ditandai dengan rendahnya laju rata-rata penyaringan darah di glomerulus, yang dikenal dengan istilah Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) <60mL/menit/1,73 m2. Dikatakan tahap akhir bila LFG mencapai <15mL/menit/1,73 m2 dengan atau tanpa dialisis.
Apa Penyebab terjadi Hipotensi selama Hemodialisa?
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang bersifat irreversible ( tidak bisa kembali seperti semula ) yang disebabkan berbagai penyebab. End Stage Renal Disease (ESRD) merupakan tahap akhir dari PGK yang ditunjukkan dengan ketidakmampuan ginjal dalam mempertahankan fungsinya. Bila pasien berada pada tahap ESRD, terapi pengganti ginjal menjadi satu-satunya pilihan untuk mempertahankan fungsi tubuh. Saat ini, hemodialisa merupakan terapi pengganti ginjal yang paling banyak dilakukan. HD terbukti efektif mengeluarkan racun-racun sisa metabolisme tubuh sehingga dapat memperpanjang umur pasien.
Pencegahan Kram Otot saat Proses Hemodialisis
Penyakit ginjal kronik (PGK) menjadi masalah kesehatan global dengan prevalensi yang semakin meningkat. Menurut Riskesdas tahun 2018, prevalensi PGK di Indonesia meningkat 0,38% dibandingkan sebelumnya. Penyebab PGK ialah kencing manis (diabetes mellitus), hipertensi, infeksi ginjal, penyumbatan saluran kemih, penyakit autoimun, dan lain-lain. PGK yang sudah memasuki tahap akhir diharuskan untuk melakukan tindakan dialisis atau lebih dikenal dengan cuci darah. Tindakan cuci darah dibagi menjadi hemodialisis dan dialisis peritoneal.
Pemahaman tentang Hemodialisis (HD)
Dunia seakan runtuh bila seseorang pertama kali mendengar bahwa dia harus melakukan hemodialisis (cuci darah). Saat mendengar penjelasan dari dokter, sebagian besar pasien sedang dalam kondisi kesehatan yang tidak baik atau kemungkinan besar sedang dirawat di rumah sakit. Tidak hanya pasien, keluarga juga mengalami kebingungan atau terkejut bila mendengar hal ini. Berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran mereka, apa itu hemodialisis, mengapa harus hemodialisis, dimana harus hemodialisis, bagaimana caranya, apa yang terjadi bila di hemodialisis, dan masih banyak lagi pertanyaan.
Apa Yang Perlu Diketahui dari Infeksi Catheter Double Lumen (CDL)
Cuci darah atau hemodialisis adalah suatu terapi pengganti ginjal bagi penderita yang fungsi ginjalnya menurun dan sudah tidak mampu bekerja optimal untuk membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh. Proses hemodialsis adalah darah dikeluarkan dari tubuh dengan cara dipompa oleh mesin hemodialisis menuju tabung (ginjal buatan) kemudian darah dimasukkan ke dalam tubuh kembali. Untuk menjalani pengobatan hemodialisis ini dibutuhkan jalan keluar dan masuknya darah yang disebut akses vaskuler.
Makanan Sehat Penyakit Ginjal Kronis
Dalam kondisi normal, ginjal berfungsi membuang sisa metabolisme tubuh dan cairan berlebih dari tubuh. Ginjal juga menjaga keseimbangan asam basa, air, garam, dan mineral (natrium, kalsium, fosfor, kalium) dalam darah. Tanpa keseimbangan ini, saraf, otot, dan jaringan lain di tubuh mungkin tidak berfungsi secara normal. Disamping itu, ginjal juga mempunyai fungsi untuk memproduksi hormon yang membantu mengontrol tekanan darah, mengatur pematangan sel darah merah, dan menjaga tulang supaya kuat dan sehat.
Mengenal Penyakit Ginjal Kronis
Penyakit Ginjal Kronik (PGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penyakit tidak menular, dimana jumlah penderitanya sudah mencapai 850 juta orang di seluruh dunia. Berarti satu dari sepuluh orang dewasa terdiagnosis PGK. Di Indonesia, PGK yang dahulu dikenal dengan istilah Gagal Ginjal Kronik (GGK), juga mengalami kenaikan jumlah penderita sehingga menempati ranking kedua pembiayaan terbesar dari BPJS setelah penyakit jantung.
Infeksi Saluran Kemih Menjadi Faktor Resiko Penyakit Gingal Kronis?
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri di daerah saluran kemih baik saluran kemih bagian bawah maupun pada bagian atas. Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2014 melaporkan angka kejadian ISK mencapai 90-100 orang tiap 100.000 populasi.
Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih (BSK) atau Urolitiasis adalah batu di saluran kemih yang mencakup ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. BSK merupakan penyakit yang umum terjadi, dimana angka kejadian yang dilaporkan antara 3% - 20% di seluruh dunia, dengan risiko kekambuhan seumur hidup sebesar 50% - 70%. Di Asia, sekitar 1% - 19,1% dari populasi menderita BSK.
Cara Merawat Kesehatan Ginjal
Penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) merupakan sebuah terminology yang menggambarkan sebuah proses penurunan jumlah nefron secara drastis, ireversibel, dan terus menerus. Menurut National Kidney Foundation, 10% dari populasi dunia mengidap penyakit ginjal kronis dan telah menjadi penyebab kematian nomor 18 di dunia pada tahun 2010.
Aspek yang Terlupakan Dalam Managemen Penyakit Ginjal Kronik
Penyakit kronik adalah penyakit yang berdurasi lama, tidak membaik secara spontan dan jarang sampai mencapai kesembuhan total. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dalam kedokteran, banyak pasien penderita penyakit kronik dapat hidup lebih lama , namun apakah pasien-pasien tersebut memiliki kualitas hidup yang baik?
Urgensi Kelengkapan Rekam Medis Pada Pelayanan Hemodialisis Untuk Mencegah Tuntutan Malapraktik Medis
Hemodialisis merupakan salah satu pelayanan medis beresiko tinggi yang dapat dilakukan baik pada pasien dengan kondisi stabil (dialisis kronis) maupun kondisi akut. Sebagai pelayanan medik beresiko tinggi, tentu ada banyak kemungkinan bisa terjadi selama terapi dialisis berlangsung..
Kemudahan Perpanjang Rujukan Pasien BPJS
Kini pasien cuci darah JKN-KIS dipermudah dalam memperpanjang surat rujukan yang sudah jatuh tempo. Dalam hal ini pasien cuci darah tidak perlu lagi datang ke Faskes tingkat pertama (FKTP) untuk memperpanjang surat rujukannya,
PELAYANAN HEMODIALISIS PADA PASIEN TUBERKULOSIS
RESIKO INFEKSI TUBERKULOSIS
Infeksi merupakan penyebab kedua mortalitas pada pasien hemodialisis setelah penyakit kardiovaskuler. Pasien HD terpapar berbagai jenis infeksi termasuk bloodborne infection (HBV, HCV HIV), dan airborne infection (tuberculosis).
Pada tanggal 27 Maret 2019, PT Masa Cipta Husada yang bekerja sama dengan Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU meresmikan Klinik Hemodialisis Muslimat NU 3.
Pembukaan Unit Hemodialisis Rumah Sakit Elisabeth Bekasi
Sejak tahun 2016, kerja sama antara PT Masa Cipta Husada dan RS St. Elisabeth terjalin untuk membangun unit hemodialisa yang akan melayani berbagai tingkatan dan jenis pasien.
Kerjasama dengan PT Fresenius Medical Care
Pada hari Jumat, tanggal 27 April 2018, PT Masa Lestari Husada resmi bekerja sama dengan PT Fresenius Medical Care Indonesia.
Disrupsi Layanan Cuci Darah oleh Rhenald Kasali, Ph. D.
Perubahan adalah suatu keharusan. Era “zero to one” sudah berakhir, dan kita bahkan berada pada era gelombang ketiga internet yang bergerak luar biasa cepat, eksponensial, dan sulit dikejar oleh mereka yang mendiamkannya.
Mereka bukan dokter. Bagaimana bisa mendisrupsi layanan kesehatan, lewat klinik yang kini tersebar di 40 titik dan sebentar lagi bisa mencapai 400 di seluruh Indonesia?