Penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) stadium akhir mengalami gangguan pada fungsi ginjal yang membutuhkan terapi pengganti ginjal, diantaranya hemodialisis (HD) yang dikenal dengan istilah cuci darah, peritoneal dialysis, atau transplantasi ginjal. Saat ini yang menjadi pilihan utama terapi pengganti ginjal di Indonesia ialah HD. Terapi HD membutuhkan waktu setidaknya 3 jam atau lebih pada setiap sesi. Umumnya dilakukan 2 hingga 3 kali setiap minggu. Menjalani HD jangka panjang, bahkan seumur hidup, dapat membuat pasien mengalami keterbatasan dalam melakukan aktivitas sosial yang dapat menimbulkan konflik, frustasi, serta rasa bersalah baik pada diri sendiri maupun terhadap keluarga. Keterbatasan ini menyebabkan pasien HD rentan terhadap stres.(1,2).

Stres diawali dengan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan sumber daya yang dimiliki individu. Semakin tinggi kesenjangan terjadi semakin tinggi pula tingkat stres yang dialami individu. Keadaan stres dapat menimbulkan perubahan secara fisisk, psikologis, dan perilaku pada individu yang mengakibatkan berkembangnya suatu penyakit. Perilaku lain yang sering terjadi pada pasien yang menjalani HD adalah ketidakpatuhan terhadap modifikasi diet, pengobatan, uji diagnostik, dan pembatasan asupan cairan. Hal ini jelas menunjukkan, bahwa dampak stres lainnya pada pasien yang menjalani HD adalah dapat memperburuk kesehatan pasien dan menurunkan kualitas hidupnya. Disamping itu, stres juga dapat dialami oleh keluarga sebagai care giver, yang berperan mendampingi dan merawat selama proses HD. Banyaknya keluarga yang mengalami stres dikarenakan kurangnya informasi yang diperoleh keluarga, peran dan tugas sehari-hari keluarga menjadi terganggu.(3,4)

 

Tips Kelola Stres dengan Baik

Untuk menurunkan dampak psikologi berupa stres, cemas dan depresi pada pasien yang menjalani HD, berikut tips yang dapat dicoba : 

      1. Self healing: mind body and spirit

        Pasien bisa membangun kebiasaan dalam berdoa dan berzikir. Hal ini mampu meningkatkan spiritual value dan mempengaruhi peningkatan kepribadian. Diamping itu, juga dapat merubah stres negatif (distres) menjadi stres positif (eustres), meningkatkan respon relaksasi yang lebih kuat, dan perubahan respon biologis oleh potensi penurunan hormon kortisol yang mempengaruhi stres. Selain doa dan zikir, bisa juga menggunakan dengan mendengarkan murotal (lantunan ayat Al-Quran) atau dengan membaca Al-Qur’an itu sendiri.(5,6)

      2. Koping

        Bersama keluarga, pasien dapat menggunakan strategi koping. Koping merupakan suatu usaha dalam menyelesaikan masalah yang terjadi, menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai, dan respons terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi diri individu. Strategi koping yang berfokus pada manajemen stres / emosi menentukan keberhasilan terhadap hasil yang ingin dicapai. Peningkatan edukasi pada keluarga terutama tentang informasi kondisi terkait penyakit anggota keluarga diharapkan dapat meningkatkan dukungan pada pasien dan juga kekayaan pengetahuan keluarga sebagai bekal dalam menghadapi segala situasi berkenaan dengan merawat anggota keluarga yang menjalani HD. Strategi koping keluarga salah satunya bisa didapatkan melalui psikoedukasi. (7)

      3. Psikoedukasi

        Psikoedukasi adalah pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga pasien, baik yang mengalami penyakit fisik maupun gangguan jiwa yang bertujuan untuk mengatasi masalah psikologis yang dialami. Penyakit fisik disini bisa berupa PGK, kanker, hipertensi, diabetes melitus, dan sebagainya. Sedangkan gangguan jiwa bisa berupa depresi, kecemasan, dan skizofrenia. Terapi psikoedukasi ini bisa berupa psikoedukasi pasif seperti pemberian informasi dengan leaflet, booklet atau melalui email, media sosial, atau website. Juga bisa berupa aktif psikoedukasi, berupa konseling atau pemberian pendidikan kesehatan secara individu atau kelompok. Diharapkan baik pasien maupun keluarga aktif untuk mendapatkan psikoedukasi untuk dapat menambah pengetahuan tentang penyakit anggota keluarga, sehingga mampu meningkatkan fungsi keluarga, mencegah supaya kesehatan pasien tidak memburuk, dapat memberikan motivasi pada pasien sehingga meningkatkan daya tahan tubuh serta meningkatkan kualitas hidupnya. (8,9)

      4. Akupresur

        Akupresur dikenal dengan istilah terapi totok atau tusuk jari, dengan memberikan pemijatan atau menekan titik-titik tertentu pada tubuh. Terapi ini, khususnya pemijatan pada titik LI-4 dan HT-7 selama 30 menit rutin dalam 2 minggu dapat mengurangi kelelahan, meningkatkan kenyamanan, dan meningkatkan kualitas tidur pada pasien HD. Akupresur memiliki kelebihan berupa hemat biaya dan sederhana, yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. (1,10)  

telapak1.png

telapak2

 

 

 

Daftar Pustaka 

  1. Setiyawati D, Prasetyo A, Kusumawati DD, Sidanegara JC, Tengah C. Hubungan Kenyamanan Menjalani Hemodialisis Dengan Kebutuhan Terapi Akupresur Di Rumah Sakit Islam Fatimah Cilacap The Relationship between the Comfort of Undergoing Hemodialysis and the Need for Acupressure Therapy at the Islamic Hospital of Fatimah Cilac. TensTrends Nurs Sci. 2021;2(1):26–33

  2. Dwi Ningsih E, Mukarromah I, Yani L, Studi Sarjana Ilmu Keperawatan Minat Keperawatan Jiwa P. Pengaruh Terapi Relaksasi Spiritual Terhadap Tingkat Stres Pasien Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani Hemodialisis the Effect of Spiritual Relaxation Therapy of Stress Degree Patients With Chronic Renal Failure Who Helped Hemodialysis. J Nurs Care Biomol. 2018;3(2):71.
  3. Rahayu F, Fernandoz T, Ramlis R. Hubungan Frekuensi Hemodialisis dengan Tingkat Stres pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis. J Keperawatan Silampari. 2018;1(2):139–53.
  4. Livana PH, Wardani IY. Karakteristik Keluarga Pasien Hemodialisis yang Mengalami Stres. J Ners Widya Husada Semarang. 2019;6(3):73–8.
  5. Arisanti Yulanda N, Herman H. Pengaruh Coaching: Self Healing Terhadap Tingkat Stres Dan Kadar Kortisol Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis Dengan Hemodialisis. J Kesehat Kusuma Husada. 2020;218–26.
  6. Twistiandayani R, Prabowo AR. Terapi Mendengarkan Murottal Al-Qur’an Surat Al-Fatihah dan Surah Ar-Rahman terhadap Stres, Kecemasan, dan Depresi pada Pasien CKD V yang Menjalani Hemodialisis. Journals Ners Community. 2021;12(1):95–104.
  7. Hidayah N, Kartini Y, Haryanto J. Kondisi Stres Dan Strategi Koping Keluarga Dalam Meningkatkan Kepatuhan Pembatasan Cairan Klien Yang Menjalani Program Hemodialisis. J Ilm Keperawatan (Scientific J Nursing). 2020;6(1):43–50.
  8. Purwanti R. Efektivitas Psikoedukasi Menurunkan Tingkat Depresi, Kecemasan, dan Stres pada Pasien Baru CKD yang Menjalani Hemodialisis.
  9. Pujiani, Masruroh. Program Psikoedukasi Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik. J Edunursing [Internet]. 2017;1(1):47–56. Available from: http://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/edunursing/article/view/759
  10. Ilyas H, Efendi S, Wahyuni A, Tinggi S, Kesehatan Makassar I. Peningkatan Efek Akupresur Dalam Meningkatkan Kualitas Tidur Pasien ESRD (End Stage Renal Disease) Di Ruang Hemodialisa RS. Pelamonia Makassar. J Ilm Kesehat Pencerah. 2021;10(1):14–20.
  11. AkgÜn M, Boz İ. The Effects of Acupressure on Post-Cesarean Pain and Analgesic Consumption: A Randomized Single-Blinded Placebo-Controlled Study. Int J Qual Heal care J Int Soc Qual Heal Care. 2020 Sep 2;32.
  12. https://www.acupressure.com.au/wprss/?tag=ht-7
  13. https://www.facebook.com/Dr.Saurabh.Acupuncturist/photos/ht7-acupressure-point-is-a-source-pointsource-point-generates-all-types-of-qihum/345199282739923/

 

 

 

Informasi Penulis:

dr. Dinda Iryawati BS, MKM

PT. Masa Cipta Husada - RS Grha Permata Ibu

Jl. K.H.M. Usman No.168, Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16425 

Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Seseorang dengan sistem kekebalan tubuh yang menurun dapat dengan mudah terserang virus seperti Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Salah satu risiko tersebut terdapat pada pasien Hemodialisis (HD). Pasien HD umumnya mengalami kondisi penurunan hemoglobin, dimana hal ini dapat mengakibatkan sistem kekebalan tubuh menurun. Akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh, maka seseorang dapat dengan mudah terserang virus. HD sendiri merupakan terapi pengganti ginjal oleh penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) stadium akhir. Oleh karena itu, pasien yang melakukan HD menjadi lebih berisiko untuk terinfeksi Covid-19 karena menurunnya sistem kekebalan tubuh, seringnya kehadiran fisik berulang di pusat pelayanan dialisis, dan kedekatan fisik antar pasien, pengantar pasien, juga dengan petugas kesehatan selama proses HD. Jika ditemukan salah seorang yang terkonfirmasi Covid-19, penting untuk dilakukan penelusuran kontak, pengecekan, serta karantina terhadap pihak-pihak yang kontak untuk dapat mengendalikan penularan Covid-19.(1,2).

 

Hemodialisis dengan Covid-19

Covid-19 dapat menyebar dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui percikan-percikan yang keluar dari hidung atau mulut saat batuk, bersin atau berbicara. Oleh sebab itu, diharapkan pusat pelayanan dialisis dapat meminimalkan penularan Covid-19 dengan pencegahan dan pengendalian infeksi yang tepat saat perawatan HD. Adapun prosedur yang harus dilakukan pasien sebelum datang ke pusat pelayanan dialisis, baik unit HD di Rumah Sakit maupun klinik HD, yaitu :  

    1. Sebelum datang pusat pelayanan dialisis, diharapkan dapat telepon terlebih dahulu ke unit HD melaporkan kondisi pasien apabila bergejala dan mengalami resiko paparan Covid-19, sehingga dapat dilakukan skrining lanjutan.

    2. Bila pasien dapat beraktivitas secara mandiri, lebih disarankan untuk dapat berangkat sendiri tanpa harus didampingi oleh pengantar pasien.

    3. Pengantar pasien yang mengalami gejala infeksi harus menunda kunjungan.

    4. Pasien yang akan menjalani HD dan pengantar pasien dihimbau sementara untuk tidak menggunakan fasilitas transportasi publik menuju dan pulang dari pusat pelayanan dialisis.

    5. Baik pasien maupun pengantar pasien wajib menggunakan masker. Diutamakan menggunakan masker ganda, yaitu masker bedah dilapisi dengan masker kain. Pastikan penggunaan masker tidak mengganggu pandangan dan tetap bisa mudah bernapas. Ganti masker setelah dipakai selama 4 jam.(2–4)

Berikut prosedur saat pasien sudah tiba di pusat pelayanan dialisis: 

    1. Pasien diminta datang tepat waktu, hal ini diharapkan supaya tidak terlalu lama di fasilitas pelayanan dialisis dalam menunggu giliran HD. Bila ternyata datang lebih awal, maka disarankan untuk menunggu di dalam kendaraannya.

    2. Saat memasuki fasilitas pelayanan dialisis, pasien dan pengantar pasien dilakukan skrining awal, yaitu dengan cara wajib menggunakan masker, cek suhu di pintu masuk, mengisi kuesioner terkait Covid-19 seperti keluhan demam, batuk, sesak dan nyeri tenggorokan serta riwayat bepergian dari daerah dengan penyebaran Covid-19 dan riwayat kontak dengan pasien yang terduga Covid-19.

    3. Sementara menunggu di ruang tunggu, baik pasien maupun pengantar pasien harus mencuci tangan, diutamakan mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun di wastafel atau mencuci tangan dengan handsanitizer. Tetap menjaga jarak di tempat duduk ruang tunggu, setidaknya berjarak sekitar 1,5 meter - 2 meter.(1,2,5). 

Saat proses HD, berikut prosedur pasien dan petugas kesehatan : 

    1. Sesuai skrining awal, baik pasien, pengantar pasien, dan petugas wajib menggunakan masker.

    2. Pengantar pasien tidak diizinkan masuk ruangan saat proses HD.

    3. Untuk pasien yang terinfeksi Covid-19 diberikan ruangan yang terpisah saat proses HD, tidak diizinkan masuk kecuali petugas kesehatan dengan Alat Pelindung Diri lengkap.(1)

      Prosedur terakhir pasien dan petugas kesehatan setelah proses HD selesai, diantaranya:

    • Pasien mencuci tangan sebelum keluar ruangan.
    • Pasien keluar ruangan dengan tetap menggunakan masker.
    • Setelah proses HD selesai, semua peralatan yang telah digunakan harus dibuang oleh petugas kesehatan sebagai limbah infeksius. Mesin HD, lantai, dan ruangan harus didesinfeksi dengan larutan desinfektan.(1)

Di Unit HD sangat berisiko terjadinya penyebaran Covid-19, baik melalui interaksi dari pasien, pengantar pasien, dan petugas kesehatan. Usaha pencegahan dan pengendalian infeksi Covid-19 di unit HD dapat terwujud apabila terjalin kerjasama yang baik antara petugas kesehatan, pasien, dan pengantar pasien. Hal ini juga didukung dengan menjadikan vaksinasi sebagai prioritas perlindungan terhadap infeksi Covid-19.(6)

 

Daftar Pustaka 

  1. Firdaus E, Purwanti OS. Coronavirus Disease (COVID-19) pada Pasien Hemodialisis. J Kesehat Terpadu (Integrated Heal Journal). 2020;11(2):71–8.

  2. Perdhana L, Hardina F, Pranindira R, ... Laporan kasus: penelusuran kontak covid-19 di unit hemodialisis. Semin Nas … [Internet]. 2021;(22). Available from: https://conference.upnvj.ac.id/index.php/sensorik/article/view/1004
  3. Kuroki Y, Hiyama K, Minami J, Takeuchi M, Shojima M, Matsueda S, et al. The first case of COVID-19 pneumonia in a hemodialysis patient in Japan. CEN case reports [Internet]. 2020/06/18. 2020 Nov;9(4):404–8. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32557209
  4. Kemenkes. Surat Edaran Nomor HK.02.02/1/385/2020 tentang Penggunaan Masker dan Penyediaan Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) untuk Mencegah Penularan Coronavirus Disease 19 (COVID-19). [Internet]. 2020. Available from: https://covid19.go.id/p/regulasi/surat-edaran-nomor-hk0202i3852020
  5. Rombolà G, Brunini F. COVID-19 and dialysis: why we should be worried. J Nephrol [Internet]. 2020 Jun;33(3):401–3. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/32323202
  6. Yen C-C, Lin S-Y, Chen S-C, Chiu Y-W, Chang J-M, Hwang S-J. COVID-19 Vaccines in Patients with Maintenance Hemodialysis. Vol. 11, Journal of Personalized Medicine . 2021

 

 

 

Informasi Penulis:

dr. Dinda Iryawati BS, MKM

PT. Masa Cipta Husada - RS Grha Permata Ibu

Jl. K.H.M. Usman No.168, Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16425 

Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Mengapa penderita penyakit hemodialisis (HD) membutuhkan dukungan keluarga?

keluarga.jpg

Seorang penderita Penyakit Ginjal Kronik (PGK) tahap akhir membutuhkan terapi pengganti ginjal untuk bertahan hidup. Salah satu terapi pengganti ginjal ialah HD, yang bertujuan menghasilkan fungsi ginjal sehingga dapat memperpanjang kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup pada penderita. Di Indonesia, HD dilakukan 2-3 kali seminggu dengan setiap sesinya dilakukan selama 4-5 jam. Untuk menjalani HD, penderita diharapkan disiplin dalam mematuhi jadwal dan diet yang tepat supaya kualitas hidup terjaga dengan baik. Kebanyakan penderita menganggap bahwa HD dapat mengembalikan fungsi ginjal mereka untuk kembali normal, dan hal tersebut kurang tepat. Pemahaman yang keliru terhadap fungsi terapi HD dan juga rutinitas HD jangka panjang dapat menimbulkan kebosanan, sehingga memicu ketidakpatuhan pada penderita HD. Hal ini menjadi penyebab kegagalan terapi, yang dapat meningkatkan angka kematian dan kesakitan. Untuk mencegah hal tersebut, sangat diperlukan dukungan keluarga. (1-5)

 

Jenis dukungan keluarga bagi penderita HD

Faktor penting dalam mewujudkan kepatuhan penderita terhadap terapi HD yang juga berkaitan dengan kualitas hidup penderita ialah dukungan keluarga. Dukungan keluarga merupakan hubungan interpersonal yang di dalamnya berisi pemberian bantuan yang melibatkan aspek-aspek yang terdiri dari informasi, perhatian emosi, penilaian, dan bantuan instrumental yang diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan, dimana hal itu memiliki manfaat emosional atau efek perilaku bagi penerima, sehingga dapat membantu individu dalam mengatasi masalahnya. Menurut House dan Kahn (1985) dalam Friedman (2010), dukungan keluarga terbagi menjadi empat aspek, yaitu :(6,7)  

      1. Dukungan Instrumental

        Dukungan instrumental merupakan sumber pertolongan yang praktis dan konkret, yaitu dukungan yang berupa pemberian bantuan secara langsung dan nyata seperti bantuan uang atau materi lainnya, sehingga dapat menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi. Disini keluarga dapat berperan memberikan bantuan dengan menyediakan timbangan berat badan untuk memantau kenaikan berat badan, menyajikan makanan yang sesuai dengan diet penderita HD, menyediakan bahan-bahan bacaan untuk menambah pengetahuan melalui buku atau media lainnya, atau dengan menemani datang ke HD dan ke seminar tentang ginjal.(1,3,6)

      2. Dukungan Informasional Keluarga

        Dukungan informasi adalah dukungan yang terdiri dari pemberian nasehat, arahan, saran, atau umpan balik mengenai apa yang dilakukan oleh orang lain. Informasi adalah semua pengetahuan yang disampaikan secara tertulis ataupun lisan. Informasi dibutuhkan saat seseorang menghadapi masalah sehingga memerlukan masukan dari berbagai sumber disekitarnya, salah satunya berasal dari keluarga dan teman. Keluarga dalam konteks dukungan informasional bertindak sebagai pencari dan penyebar informasi yang dapat dipercaya. Bentuknya berupa pemberian saran, informasi, nasehat dan pendapat. (1,3,6)

      3. Dukungan Penilaian Keluarga

        Penilaian oleh orang-orang di sekitar kita secara verbal maupun non-verbal ternyata mampu mempengaruhi pola tingkah laku individu secara sadar ataupun tidak. Untuk itu dibutuhkan dukungan penilaian keluarga berupa pemberian dorongan, bimbingan, dan umpan balik akan merasa masih berguna dan berarti untuk keluarga sehingga akan meningkatkan harga diri dan motivasi penderita dalam upaya status kesehatannya. Hal ini juga dapat meningkatkan status psikososial penderita. Bentuk dukungan juga bisa berupa penghargaan yang positif, pemberian semangat, dan persetujuan terhadap pendapat, gagasan, ide atau perasaan penderita.(1,3,6).

      4. Dukungan Penilaian Keluarga

        Ketika salah satu anggota keluarga menjadi penderita HD, maka keluarga diharapkan memberikan dukungan emosional dengan tidak mengurangi ataupun merubah cinta dan kasih sayang yang diberikan. Bentuk dukungan ini dapat berupa empati, kepedulian dan perhatian. Dukungan emosional dari keluarga akan memberi kekuatan kepada penderita, membuatnya tidak merasa sendirian dalam menanggung beban, tetapi masih ada keluarga sebagai tempat berlindung yang aman dan damai untuk beristirahat dan pemulihan. Alasan tersebut dapat menjadikan penderita termotivasi untuk menjalani terapi HD. (1,3,6,8).  

Saran

Untuk meningkatkan kepatuhan penderita HD, disarankan keluarga dapat lebih aktif lagi dalam memberikan dukungan instrumental, informasi, emosional, dan penilaian keluarga. Hal ini dikarenakan dukungan keluarga yang baik akan memiliki kecenderungan kepatuhan penderita terhadap terapi HD dan juga semakin tinggi pula kualitas hidup penderita. Disamping itu, diharapkan adanya peran petugas medis, petugas kesehatan, dan juga ahli gizi dalam memberikan edukasi/ konseling dan penyuluhan mengenai pentingnya dukungan keluarga, baik dalam bentuk dukungan instrumental (bantuan, tenaga dan waktu), dukungan informasional (saran, nasehat dan informasi), dukungan emosional (perhatian, kasih sayang dan empati), maupun dukungan penilaian (menghargai dan umpan balik). Mengingat pasien HD merupakan penderita dengan kunjungan berulang, maka interaksi dengan perawat HD akan selalu ada. Diharapkan perawat HD dapat meningkatkan kualitas hidup penderita dengan meningkatkan pengetahuan, dan menjaga kualitas asuhan keperawatan. Upaya ini perlu dilakukan bersama-sama demi memenuhi kebutuhan penderita HD dalam meningkatkan kesehatan dan menjaga kualitas hidup penderita agar tetap baik. (8,9). 

 

 

 

Daftar Pustaka 

  1. Mailani F, Andriani RF. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Pada Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis. J Endur. 2017;2(3):416.

  2. Fadlilah S. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Hidup Penderita Hemodialisis. J Kesehat. 2019;10(2):284.
  3. Rachmawati N, Wahyuni D, Idriansari A. Hubungan dukungan keluarga terhadap kepatuhan diet asupan cairan pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis. J Keperawatan Sriwij. 2019;6(1):50–8.
  4. Paath CJG, Masi G, Onibala F. Study Cross Sectional : Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Hemodialisa Pada Penderita Gagal Ginjal Kronis. J Keperawatan. 2020;8(1):106.
  5. Manalu NV. Dukungan Keluarga Terhadap Kualitas Hidup Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Terapi di RS ADVENT Bandar Lampung. Lab Penelit dan Pengemb FARMAKA Trop Fak Farm Univ Mualawarman, Samarinda, Kalimantan Timur. 2016;(April):5–24
  6. Fitriana E, Herlina S. Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Pembatasan Cairan pada Penderita Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisis. J Ilm Kesehat Masy. 2019;11(2):206–13
  7. Friedman. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, & Praktik. 5th ed. Jakarta: EGC; 2010.
  8. Aini N, Wahyuni ES. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Diet Penderita Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisa Di Rsud Dr. H. Abdul Moeloek. Kesehat Holistik. 2018;12(1):1–9.
  9. Intan Saraswati NLG, Sri Antari NLY, Suwartini NLG. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Pembatasan Cairan Pada Penderita Chronic Kidney Disease Yang Menjalani Hemodialisa. J Ilmu Kesehat Bhakti Husada Heal Sci J. 2019;10(1):45–53.

 

 

 

Informasi Penulis:

dr. Dinda Iryawati BS, MKM

PT. Masa Cipta Husada - RS Grha Permata Ibu

Jl. K.H.M. Usman No.168, Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16425 

Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Mengapa pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) mengeluh tentang masalah pada kulit?

PGK adalah penurunan fungsi ginjal ireversibel yang berkembang secara klasik selama bertahun-tahun dan didefinisikan sebagai kerusakan ginjal atau laju filtrasi glomerulus <60 ml/menit/1,73 m2 selama 3 bulan atau lebih tanpa memandang penyebabnya. Pada PGK sering ditemukan masalah pada kulit, beberapa diantaranya sangat mengganggu bahkan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Kulit sendiri merupakan cerminan dari gangguan ginjal,sehingga pemeriksaan kulit yang cermat dapat memberikan petunjuk penting untuk diagnosis penyebab gagal ginjal dan membantu dalam pemantauan komplikasi. Dalam penelitiannya, Tajalli (2021) menyebutkan keluhan kulit pada PGK yang paling umum yaitu xerosis (95,9%), kelainan pigmentasi (89,8%), pruritus (57,1).(1–4)

     

Jenis masalah kulit pada pasien PGK 

Dengan mengetahui jenis masalah pada kulit, maka kemungkinan keluhan tersebut untuk muncul dapat diprediksi sehingga dapat dikelola dengan baik. 

    1. Xerosis.

      Xerosis cutis atau kulit kering merupakan kelainan kulit yang paling sering dikeluhkan oleh pasien PGK. Keluhan ini ditandai dengan hilangnya atau berkurangnya kelembaban kulit. Xerosis cutis pada pasien PGK dapat terjadi akibat faktor sistemik dan lokal yang berkaitan dengan uremia. Hal ini dapat meningkatkan risiko infeksi, memperlambat proses penyembuhan luka, dan dapat mengganggu kualitas hidup pasien.(5,6)   

    2. Kelainan Pigmentasi.

      Perubahan warna kulit pada PGK berupa hiperpigmentasi, yaitu bertambahnya jumlah melanin (pigmen pemberi warna kulit) pada lapisan kulit yamg mengakibatkan perubah warna kulit menjadi lebih gelap. Kelainan kulit tersebut terjadi akibat kegagalan ginjal mengeluarkan β-melanocyte stimulating hormone dan menyebabkan melanin tertimbun di lapisan kulit. Hiperpigmentasi dapat terjadi diseluruh tubuh atau dibagian-bagian tertentu seperti tangan, kaki, kepala, dan punggung. (5,6,8) 
       

    3. Pruritus

      Pruritus adalah sensasi tidak nyaman yang mencetuskan keinginan untuk menggaruk. Pada penyakit ginjal disebut dengan pruritus uremik, hal ini disebabkan karena ginjal gagal mengeluarkan zat racun (ureum) di dalam darah sehingga timbul uremia. Pasien dinyatakan mengalami renal pruritus apabila mengalami paling sedikit tiga episode gatal dalam 2 minggu terakhir atau kurang dengan gejala yang muncul beberapa kali dalam satu hari selama beberapa menit dan mengganggu kegiatan sehari-hari serta adanya pola regular rasa gatal dalam periode 6 bulan terakhir. Semakin lama pasien menjalani hemodialisis semakin sedikit kejadian renal pruritus yang ditemukan.(5,6,9) 

 

Penatalaksanaan 

Bila memiliki keluhan pada kulit, pasien PGK bisa berkonsultasi lebih lanjut dengan Dokter Spesialis Kulit bersama Dokter Spesialis Penyakit Dalam untuk mendapatkan penanganan yang tepat sesuai dengan penyebab. Disamping itu, penggunaan ekstrak lidah buaya dapat menjadi terapi alternatif pada kondisi kulit pasien PGK. Dari beberapa penelitian ditemukan adanya perbaikan pada kulit xerosis setelah pemberian ekstrak lidah buaya. Sedangkan VCO (Virgin Coconut Oil) dapat sebagai terapi alternatif untuk mengatasi masalah kulit ataupun pruritus yang dialami pasien PGK. Penggunaan minyak zaitun dan air hangat untuk mandi dapat mencegah risiko keluhan kulit lebih lanjut. (10–12)

 

Daftar Pustaka 

  1. Rashpa RS, Mahajan VK, Kumar P, Mehta KS, Chauhan PS, Rawat R, et al. Mucocutaneous Manifestations in Patients with Chronic Kidney Disease: A Cross-sectional Study. Indian Dermatol Online J [Internet]. 2018;9(1):20–6. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/29441293

  2. Van de Velde-Kossmann KM. Skin Examination: An Important Diagnostic Tool in Renal Failure Patients. Blood Purif [Internet]. 2018;45(1–3):187–93. Available from: https://www.karger.com/DOI/10.1159/000485156
  3. Asokan S, Narasimhan M, V. R. Cutaneous manifestations in chronic renal failure patients on hemodialysis and medical management. Int J Res Dermatology. 2017 Feb 3;
  4. Tajalli F, Mirahmadi S, Mozafarpoor S, Goodarzi A, Nasiri Partovi M, Lakestani D. Mucocutaneous manifestations of patients with chronic kidney disease under hemodialysis: A cross‐sectional study of 49 patients. Dermatol Ther. 2021;34(4):e15015.
  5. Zulkarnain FS, Mardianti D, Soenarso EH. Kelainan Kulit Dan Kuku Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di Rumah Sakit Dustira Cimahi Periode September-Desember 2016. 2017
  6. Sartika D. Profil Manifestasi Kulit pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Hemodialisis dan Non Hemodialisis di RS. Universitas Sumatera Utara. 2019;
  7. Khare A, Gulanikar AD. A clinical study of cutaneous manifestations in patients with chronic kidney disease on conservative management, hemodialysis, and renal transplant recipient. Clin Dermatol Rev [Internet]. 2020;4(1):23–30. Available from: https://www.cdriadvlkn.org/text.asp?2020/4/1/23/275252
  8. Wasitaatmadya S. Dermatologi Kosmetik. 2nd ed. 2011
  9. Andardewi MF, Budianti WK, Legiawati L, Irawan Y. Perkembangan Terapi Sistemik pada Pruritus. J Kedokt Meditek. 2022;28(1):79–90.
  10. Handriani R, Agustina W. Aloe Vera Extract 75% Effective in Providing Xerosis Repair In Chronic Kidney Failure Patient’s. J Ners dan Kebidanan (Journal Ners Midwifery). 2020;7(3):415–20.
  11. Pele M, Waluyo A. Use of olive oil and warm water in bathing intervention in preventing risk of skin integrity damage in total care patients with chronic disease: A case study. J Pendidik Keperawatan Indones. 2019;5(1):1–6.
  12. Asri NFS, Zuryati M. Pengaruh Pemberian Terapi Vco (Virgin Coconut Oil) Terhadap Pruritus Pada Klien Gagal Ginjal Kronik Dengan Hemodialisis Di Rsij Cempaka Putih Tahun 2018

 

 

 

Informasi Penulis:

dr. Dinda Iryawati BS, MKM

PT. Masa Cipta Husada - RS Grha Permata Ibu

Jl. K.H.M. Usman No.168, Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok, Jawa Barat 16425 

Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Tindakan cuci darah/ hemodialisis merupakan perawatan jangka panjang dan memerlukan berbagai persiapan. Salah satu persiapan sebelum menjalani hemodialisis adalah pemasangan akses vaskular, yaitu tempat menusukkan jarum pada pembuluh darah untuk mengeluarkan dan memasukkan darah dari dan ke dalam tubuh pasien.

Akses vaskular merupakan point yang sangat penting bagi pasien hemodialisis. Tanpa akses vaskular yang memadai, tindakan hemodialisis tidak dapat dikerjakan secara optimal untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Pemasangan akses vaskular dilakukan oleh tenaga terlatih yang kompeten dan dilakukan di ruang khusus. Akses vaskular yang baik haruslah dapat digunakan untuk jangka panjang, dapat menghasilkan aliran darah yang cukup kencang, dan menimbulkan komplikasi yang minimal.. 

 

Tujuan Pemasangan Akses Vaskular

  • Mengurangi rasa sakit pada saat penusukan.
  • Mempermudah dan mempercepat proses penusukan.
  • Mengoptimalkan tindakan hemodialisis karena kecepatan aliran darah dari dan ke mesin menjadi lebih baik.
  • Mengurangi resiko terjadinya perdarahan.
  • Membuat pasien lebih nyaman dan lebih leluasa bergerak (berbaring kiri/kanan, duduk, makan, dsb).

    

Jenis-Jenis Akses Vaskular 

Akses vaskular ada tiga jenis yaitu kateter lubang ganda (CDL), hubungan arteri-vena (A-V fistula dan pencangkokan (Graft): 

    1. Kateter Lubang Ganda (Double Lumen Catheter/CDL).

      dada.png Dilihat dari jangka waktu pemakaiannya ada dua tipe kateter yaitu kateter yang dipasang untuk sementara waktu (antara 1-6 bulan) dan kateter yang dipasang untuk jangka waktu lama (tahunan).  

      Dilihat dari lokasi pemasangan, ada dua lokasi pemasangan yaitu di pembuluh darah vena leher (jugular atau subclavia) dan pembuluh darah vena lipatan paha (femoral). Pemasangan kateter di pembuluh vena lipatan paha saat ini sudah tidak dianjurkan karena resiko infeksi dan perdarahan lebih besar. Tentang tipe dan lokasi pemasangan tergantung pada kebutuhan dan kondisi pasien.

      Pasien harus menjaga dan merawat kateter ini baik-baik terutama kebersihannya agar tidak terkena infeksi. Apabila sampai terinfeksi kateter ini harus segera dilepas dan diganti di lokasi berbeda serta dilanjutkan terapi antibiotik.

    2. Hubungan Arteri-Vena (A-V Fistula).

      Hubungan A-V fistula ini adalah baku emas (gold standard) yang seharusnya digunakan pasien hemodialisis rutin (regular). Akses ini merupakan akses vaskular permanen yang dapat dipasang sebelum pasien jatuh ke dalam kondisi gagal ginjal. Akses ini baru bisa digunakan 4-6 minggu setelah operasi atau sudah mendapat izin dari dokter. 

      A-V fistula dibuat dengan melakukan operasi kecil di lengan atas atau lengan bawah dengan menyambungkan pembuluh darah arteri dan vena, sehingga pembuluh darah akan menjadi lebih lebar dan terletak di bawah permukaan kulit sehingga mudah untuk melakukan penusukan. 

    3. Pencangkokan (Graft).

      Yang dimaksud dengan pencangkokan/ graft adalah pemasangan sambungan antara pembuluh darah arteri dan vena melalui tindakan operasi, sehingga daerah tersebut menjadi lebih lebar dan lebih mudah ditusuk.

             Pemasangan graft dilakukan apabila terdapat kesulitan dalam pemasangan kateter lubang ganda maupun A-V fistula. Graft dapat diambil dari salah satu pembuluh darah pasien atau dengan bahan khusus.
       

 

  

Penyulit pada Akses Vaskular

Beberapa penyulit atau masalah yang dapat terjadi pada akses vaskular, antara lain :

  • Infeksi dapat terjadi pada semua jenis akses vaskular. Infeksi disebabkan oleh bakteri yang berasal dari bagian tubuh seperti bakteri dari kulit, dari hidung, dan sebagainya.
  • Buntu atau tidak lancar, antara lain karena bekuan darah, pembuluh darah menyempit.
  • Pembengkakan lengan pada tempat av fistula terpasang.
  • Benjolan dinding pembuluh darah (aneurisma).
  • Perdarahan.

    Bila penyulit atau masalah pada akses vaskular ini timbul, pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter. 

 

Perawatan Akses Vaskular 

Prinsip perawatan akses vaskular adalah menjaga sterilitas dan kebersihan akses. Pasien yang menggunakan CDL harus menghindari daerah selang (kateter) terkena air supaya tidak menjadi sumber kuman. Lalu pada pasien dengan A-V fistula maupun graft tenaga medis diwajibkan melakukan penusukan di daerah akses vaskular yang sudah disterilkan sebelumnya. Selain itu, A-V fistula harus dirawat dengan baik supaya tidak rusak. Caranya adalah jangan terkena benturan, lengan yang terpasang A-V fistula jangan dipakai untuk mengangkat barang berat, jangan tertindih, jangan dipakai untuk mengukur tekanan darah dan jaga kebersihannya.

 

Daftar Pustaka 

  1. Suwitra Ketut. Hidup berkualitas dengan hemodialisis (cuci darah) reguler edisi 2. Denpasar: Udayana University Press; 2016.

  2. PI Daryaswanti, KD Novitayani. Pemilihan Akses Vaskular Berhubungan dengan Kualitas Hidup Pasien yang Menjalani Hemodialisis: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No. 2, April 2021.
  3. DH Limanto, DH Christian, M Caesario, U Usman. Dasar-dasar Tehnik Pembedahan Fistula Arteriovenosa. Surabaya: Airlangga University Press; 2021
  4. Astor BC et al. (2005) Type of vascular access and survival among incident hemodialysis patients: the Choices for Healthy Outcomes in Caring for ESRD (CHOICE) Study. J Am Soc Nephrol 16: 1449–1455. Available from: https://jasn.asnjournals.org/content/16/5/1449
  5. Mendelssohn D et al. (2006) Haemodialysis vascular access problems in Canada: results from the Dialysis Outcomes and Practice Patterns Study (DOPPS II). Nephrol Dial Transplant 21: 721–728. Available from: https://academic.oup.com/ndt/article/21/3/721/1854591

 

 

 

Informasi Penulis:

dr. Deasy Kurniawati

PT. Masa Cipta Husada - Klinik Utama Niki Diagnostic Center

Jl. Gatot Subroto II No. 5, Denpasar, Bali 

Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Berita Terbaru

PT Masa Lestari Husada

  • Produk yang baik dan bervariasi +

    Selain menawarkan kerja sama dan investasi, PT Masa Lestari Husada juga menjual berbagai barang keperluan medis yang sudah terdaftar Dirjen POM.
  • Konsultasi untuk bisnis dialisis +

    PT Masa Lestari Husada membuka kesempatan untuk berbagi pengalaman pada anda yang tertarik dengan bisnis hemodialisis.
  • Studi Kelayakan +

    Tim kami juga siap mengunjungi lokasi anda untuk meninjau langsung kondisi lapangan.
  • Pelatihan Perawat dan Teknisi +

    Staff perawat dan teknisi yang ditempatkan di unit hemodialisis kami telah mendapatkan pelatihan dan sertifikasi sesuai bidangnya masing-masing
  • 1

In Partner With

Kontak

home-64

Apartemen Gading Mediterania Residence Unit RK-26C

Kelapa Gading, Jakarta Utara, 14240

phone-46-64 (021) 30041050 ( Hunting )

phone-14-64 (021) 30041051 ( Fax )

phone-30-64 08788-487-7502 ( Whatsapp saja)

mail-64

 customercare@dialysiscare.co.id 

mail-64

 karir@dialysiscare.co.id ( Lowongan Pekerjaan )